Sumberdaya Manusia |
Peta Situs |
Kerjasama |
SDG Kaltim |
Success Story |
Info Teknologi |
Sebaiknya Anda Tahu |
Peraturan Pertanian |
![]() | Hari ini | 1323 |
![]() | Kemarin | 1877 |
![]() | Minggu ini | 5616 |
![]() | Minggu Terakhir | 9766 |
![]() | Bulan ini | 22335 |
![]() | Bulan Terakhir | 47044 |
![]() | Semua hari | 2316549 |
Pengendalian Tikus Pada Tanaman Padi |
![]() |
![]() |
![]() |
Oleh Rina D |
Kamis, 01 Oktober 2015 11:20 |
Pola Makan Tikus Tikus memiliki sifat pemakan yang rakus tidak hanya padi, akan tetapi juga menyerang berbagai macam hasil pertanian yang lainnya seperti jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, tebu, kelapa dan sebagainya. Bila mana tidak tersedia cukup makanan tikus dapat memakan apa saja, yang terpenting bagi tikus adalam pemenuhan kebutuhan karbohidrat. Adakalanya tikus juga akan memakan jenis-jenis serangga, siput, bangkai ikan dan makanan hewan lainnya. Makanan jenis hewan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan protein dan hampir seluruh waktu yang digunakan untuk makan yaitu pada malam hari. Beberapa jenis tikus yang di kenal merusak usaha budidaya pertaninan adalah Rattus argentiventer, Rattus-rattus diardi, Rattus exultant dan Rattus norvegikus. Dua jenis tikus yang pertama di sebutkan dapat merusak usaha budidaya pertanian dari mulai proses penanaman benih hingga hasil jadi produk pertaninan yang disimpan di dalam gudang.
Marfologi Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Tubuh tikus ini umumnya berwarna kelabu gelap dengan dada berwarna keputihan. Panjang badan tikus sawah dari hidung sampai ujung ekor berkisar 270 -370 mm dengan berat sekitar 130 gr. Panjang ekor sama atau lebih pendek dari panjang badan. Tikus sawah mempunyai 6 pasang puting susu yang terletak dikiri dan kanan pada bahagian perut memanjang sepanjang badan. Tikus sawah dapat berkembang biak mulai pada umur 1,5 – 5 bulan setelah kawin, masa bunting memerlukan waktu 21 hari. Seekor tikus betina dapat melahirkan 8 ekor anak setiap melahirkan, dan mampu kawin lagi dalam tempo 48 jam setelah melahirkan serta mampu hamil dan menyusui dalam waktu bersamaan. Selama satu tahun satu ekor betina dapat melahirkan sampai 4 kali, sehingga dalam satu tahun dapat melahirkan sampai 32 ekor anak. Seekor tikus betina dapat bunting sebanyak 6- 8 kali dan perkehamilan bisa melahirkan sekitar 10 ekor sehingga satu ekor tikus betina berpotensi berkembang biak hingga 80 ekor per satu musim tanam. Marfologi Tikus Semak (Rattus exultant) Tikus ini hidup di semak-semak, padang rumput dan huma. Tubuhnya sedikit lebih kecil dari tikus sawah. Panjang badannya dari hidung sampai ujung ekornya berkisar antara 220-285 mm. Panjang ekor sama atau lebih panjang dari badannya. Puting susunya adalah 2 pasang dikiri dan dikanan sehingga puting susu berjumlah delapan. Tikus semak pandai memanjat, bahagian atas badannya warna kelabu dan bahagian bawahnya berwarna putih kelabu. Tikus ini sering didapat disemak-semak, dirumah dan dipinggir-pinggir hutan namun kurang suka di daerah banyak air. Perilaku Hidup Tikus Tikus termasuk hama yang agak sulit dikendalikan karena hama ini mempunyai indra penciuman, peraba dan pendengaran yang tajam, gerakan untuk melakukan kegiatan dimalam hari terutama dituntun oleh misai dan bulu-bulu yang tumbuh panjang. Hama ini sering mengerat terutama di malam hari, yang dikerat biasanya benda-benda keras tujuan utamanya adalah untuk mempertajam gigi seri dan memelihara gigi seri agar selalu tumbuh normal. Apabila gigi serinya dibiarkan maka gigi seri tersebut dapat mengganggu kegiatan makannya. gigi serinya dapat tumbuh mencapai 15-25 mm Perkembangbiakan tikus sangat ditentukan oleh kondisi tersedianya makanan. Musim hujan dengan persediaan makanan cukup tikus akan berkembang pesat dan pada musim kemarau perkembang biakannya akan sangat terhambat bahkan dapat terhenti. Tempat Hidup Tikus Tikus lebih suka hidup di tempat yang tersedia makanan cukup dan di daerah-daerah semak yang dapat memberi perlindungan. Di daerah yang bervegetasi mereka sangat senang karena dapat memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Tikus sawah merupakan binatang yang sangat pandai membuat liang untuk bersarang. Liang sangat berfungsi sebagai tempat berlindung dan melahirkan anak-anaknya serta menimbun makanan. Liang dibuat pada saat masa perkawinan dengan bentuk berlekuk-lekuk di bawah tanah sedalam 0,5 meter dan panjangnya terkadang dapat mencapai 10 meter tergantung pada perkembangan jumlah kelompoknya. Tikus yang akan melahirkan akan mengurung diri dalam liang dan menutup pintu masuk dengan tanah galian. Tutup ini akan dibuka apabila anak-anaknya sudah mulai membesar dan mampu bergerak sendiri. Lubang tikus tidak selalu dihuni, terutama pada waktu persediaan makanan kurang atau bencana banjir. Tikus biasanya mengembara atau membuat sarang baru atau menempati lubang lama disekitar tanggul irigasi, pekarangan rumah, sekitar gudang padi, kebun tebu semak belukar, perkuburan dan tempat-tempat tanah yang tinggi. Anehnya liang yang ditinggalkan tidak digunakan oleh tikus lain kecuali tempat berlindung atau berteduh. Kerusakan Akibat Serangan Hama Tikus Tikus dapat menyerang beberapa jenis tanaman seperti padi, kacang tanah, kedelai, ubi kayu,ubi jalar, tebu kelapa. Tetapi tanaman yang sering diserang dan paling disenangi adalah padi. Serangan pada tanaman padi memperlihatkan pada bahagian batangnya terpotong. Bila serangan hama ini terjadi pada vase vegetatif, seekor tikus dapat merusak tanaman antara 11-176 batang padi per malam. Pada saat bunting kemampuaan merusak meningkat menjadi 24-246 batang per malam. Besarnya kerugian yang disebabkan oleh tikus ditentukan oleh banyaknya anakan yang gagal menghasilkan malai masak pada waktu panen. Berikut ini merupakan pengendalian dengan cara yang tepat pada saat yang tepat sesuai fase kegiatan dalam usaha tani padi yang dikaitkan dengan siklus kehidupan tikus: 1. Saat selepas panen sampai persiapan dan pengolahan tanah
2. Pengolahan tanah Menjelang pengolahan tanah sebaiknya seluruh lahan dikeringkan, agar tikus yang masih tinggal di petakan dan galengan merasa kehausan. Pada saat itu gabah yang tertinggal di lapangan sudah tumbuh sehingga makanan tikus mulai berkurang. Pengendalian yang tepat pada kondisi ini adalah pengumpanan dan gropyokan di malam hari. 3. Persemaian Persemaian sebaiknya dipagar plastic yang dilengkapi dengan bubu perangkap tikus. Bubu perangkap tikus yang berukuran panjang 65 cm, lebar 24 cm, dan tinggi 24 cm memiliki kapasitas 20-30 ekor/ malam tergantung banyaknya populasi tikus. Untuk 500 m² persemaian cukup dipasang 4 bubu perangkap. Apabila sebelum tanam tidak dilakukan pengendalian, maka pada fase tanam sampai berikutnya akan terus terjadi serangan. 4. Fase vegetatif
5. Fase generatif dan menjelang panen Pada fase ini umumnya tikus pada fase beranak dan berada di dalam lubang. Kondisi pada fase generatif adalah makanan sudah tersedia dan galengan semakin kotor. Pengendalian untuk tikus yang sudah menetap di lubang dengan cara pengemposan. 6. Panen Apabila padi sudah berisi dan menguning, maka pengendalian yang paling tepat adalah dengan cara pengeringan total. Dalam keadaan kering, tikus akan mengurangi makan dan tikus tidak bisa makan kalau tidak disertai minum. Pengemposan dapat dilakukan untuk mengendalikan tikus yang ada dalam lubang.
Dalam pengendalian tikus perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
Apabila dari awal musim tanam sudah dilakukan pengendalian secara tepat pada saat yang tepat, maka pada fase-fase berikutnya tikus semakin berkurang, sehingga peluang keberhasilan panen semakin besar.
Sumber: Dari berbagai sumber Artikel terkait : |